Mengenal Emotional Intelligence Dalam Dunia Kerja
Apa Itu emotional Intelligence ?
Emotional intelligence adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan dan memahami emosi (baik emosi orang lain maupun emosi diri sendiri) dengan tujuan meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Seseorang dengan emotional intelligence yang baik mampu mengontrol emosi saat marah, peka terhadap perasaan orang lain, dsb.
Kecerdasan emosional menurut Goleman adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
lalu apa sih manfaat memiliki kemampuan Emotional intelligence ?
Apa Manfaat Memiliki Emotional Intelligence ?
Berikut manfaat kecerdasan emosional yang perlu kamu tahu:
1. Membantu membina hubungan dengan orang lain
Di kehidupan kerja atau pribadi, kita pasti butuh orang lain. Komunikasi adalah dasar dalam membina hubungan. Agar komunikasinya efektif, kamu harus bisa memahami lawan bicaramu. Empati bisa membantumu mengenali dan memahami orang lain. Jadi, kamu lebih tahu bagaimana berkomunikasi atau melakukan pendekatan yang tepat dengan orang lain.
Misalnya, dalam sebuah rapat, rekan kerjamu menyampaikan ide yang nggak sesuai denganmu, karena kamu merasa lebih pintar dari dia. Terus idenya kamu tolak sambil bilang “Nggak setuju gue. Nggak jelas ide lo”.
Dengan kamu bilang itu, rekan kerjamu merasa nggak dihargai, terus jadi males buat menyampaikan ide lainnya. Akhirnya ini bisa bikin hubungan jadi nggak enak dan menurunkan produktivitas tim.
Setiap ide yang disampaikan rekan kerjamu, didapat lewat banyak riset, usaha, dan waktu. Dengan kecerdasan emosional yang baik, kamu bisa memahami perspektif rekan kerjamu tentang ide itu. Selain itu, kamu punya cara yang lebih baik untuk menyampaikan pendapat.
2. Mengembangkan jenjang karier
Seperti kata Goleman, 80% kesuksesan didukung oleh kecerdasan emosional. Inisiatif, motivasi diri, pengendalian emosi, dan empati membantu kamu untuk lebih baik dalam bekerja. Dengan kinerja yang baik, kamu bisa mempertahankan pekerjaan saat ini, atau bahkan mendapat promosi dari perusahaan.
Perusahaan-perusahaan besar termasuk McKinsey memilih kandidat dengan kecerdasan emosional yang tinggi untuk dipromosikan. Perusahaan menilai kalau kamu punya kecerdasan intelektual yang tinggi, kamu bisa jadi pekerja yang baik. Tapi, untuk jadi pemimpin, kecerdasan emosional lebih penting.
Kecerdasan intelektual seperti nilai tes, IPK, bisa membantumu untuk diterima kerja. Tapi kecerdasan emosional bisa membantumu untuk mengembangkan karier.
3. Mampu memecahkan masalah
Dalam pekerjaan, ada saja masalah yang muncul. Berantem sama temen kantor, stuck masalah kerjaan, atau klien banyak mau. Masalah harus segera diselesaikan biar nggak semakin runyam. Dalam memecahkan masalah, mood punya peran yang penting. Dengan mood yang baik, kamu bisa memecahkan masalah dengan cara yang kreatif.
Misalnya, biar bisa baikan sama temen kantor, kamu bisa kasih snack kesukaan dia dan dikasih sticky note yang tulisannya “Jangan lama-lama dong ngambeknya. Baikan aja, yuk?”
Kecerdasan emosional, membantu kamu mengendalikan emosi dan mood dengan baik. Akan lebih sulit menyelesaikan masalah ketika kepala sedang berapi-api. Tapi, dengan pengendalian emosi yang baik, kamu bisa segera mendinginkan kepala, menenangkan diri, dan berpikir dengan jernih untuk menyelesaikan masalah.
4. Manajemen stres lebih baik
Beban kerja, konflik dengan teman kantor, dan masalah-masalah tak terduga, bisa bikin stres. Data dari The American Institute of Stress (AIS) menyebutkan 83% pekerja di Amerika Serikat mengalami stres karena pekerjaan. Jika dibiarkan, stres dapat mengganggu kesehatan seperti gangguan pencernaan, penyakit jantung, gangguan tidur, kecemasan berlebih, hingga depresi. Ini semua bisa mengganggu produktivitas.
Kecerdasan emosional yang tinggi bisa membantu kamu untuk lebih mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi sehingga nggak mudah stres. Selain itu, dengan kesadaran diri yang tinggi, kamu jadi lebih tahu tentang diri sendiri. Apa yang menyebabkan kamu stres dan bagaimana cara coping-nya.
5. Meningkatkan produktivitas
“Nanti aja deh ngerjainnya, deadline-nya masih lama ini.”
Pernah ngomong gini juga nggak? Menunda-nunda pekerjaan karena belum ada dorongan atau motivasi diri buat ngerjainnya. Biasanya yang bikin kamu akhirnya mau menyelesaikan pekerjaan adalah deadline yang sudah di depan mata.
Dengan kecerdasan emosional yang tinggi, kamu akan selalu memiliki motivasi diri untuk menyelesaikan hal-hal yang memang harus diselesaikan. Motivasinya nggak selalu uang atau deadline. Bisa karena kamu ingin menikmati waktu santai lebih berkualitas (tanpa dihantui deadline), atau biar pekerjaan nggak menumpuk aja jadi kamu nggak kelelahan.
Peran Emotional Intelligence Dalam Dunia Kerja
1. Membentuk tim yang kolaboratif
Kolaborasi mendukung produktivitas di tempat kerja. Ini lebih mudah dilakukan jika anggota tim saling berempati, saling percaya, dan memahami emosi satu sama lain. Anggota tim yang cerdas emosional akan terbuka dan jujur dalam hubungan interpersonal. Mereka terbiasa terbuka dalam meminta bantuan, mengakui kesalahan, berbagi kesulitan, dan menerima perbedaan perspektif yang unik dari masing-masing individu. Dari sini, pengambilan keputusan, penyelesaian tugas, koordinasi, dan kerja sama tim dapat dilakukan secara efisien.
2. Karyawan yang inovatif
Dinamika kerja yang berubah dengan cepat menuntut siapa saja untuk mampu beradaptasi dan menghadapi perubahan tak terduga. Karyawan yang cerdas emosional memungkinkan mereka memiliki fleksibilitas dan mampu beradaptasi. Ketika menghadapi perubahan, mereka akan bersikap proaktif daripada reaktif. Karyawan yang cerdas emosional berani mengambil risiko, tidak takut melakukan kesalahan, dan mampu mengenali solusi kreatif (inovatif).
3. Tidak rentan terkena stres
American Psychological Association menjelaskan, 65% pekerja mengaku pekerjaan adalah sumber stres utama mereka. Hal ini disebabkan karena beban kerja yang berat, jam kerja yang panjang, serta lingkungan kerja yang tidak sehat. Untuk itu, selain kecerdasan intelektual, karyawan juga harus memiliki kecerdasan emosional. Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, dan mengatur keadaan jiwa.
Kecerdasan emosional membantu seseorang untuk bisa mengatur keadaan jiwa dan menghadapi tekanan kerja. Setiap perusahaan pasti ingin karyawannya untuk bisa memberikan kinerja yang baik, memiliki motivasi diri yang tinggi, empati, dan inisiatif. Hal-hal tersebut merupakan keterampilan kecerdasan emosional. Kabar baiknya, kecerdasan emosional adalah keterampilan yang bisa dilatih.